Ernest Hemingway dan Prinsip Gunung Es

Stevanus Setiawan
2 min readOct 13, 2019

--

Jika seseorang bertanya kepada saya, siapa penulis favorit saya. Jawaban saya singkat, Ernest Hemingway.

Hemingway dengan kebiasaannya yang menulis sambil berdiri.

Alasannya sederhana. Hemingway menulis dengan sederhana, tidak bertele-tele, dan jujur. Dan cerita-ceritanya akan terus melekat di hati pembacanya. Sedangkan karakter-karakternya, mereka akan hidup dan tumbuh bersama pembacanya.

Tidak aneh rasanya, jika setelah membaca karya yang berkualitas, kita bertanya “Bagaimana penulis melakukan semua ini? Apa ada formulanya?”

Sayangnya, tidak ada. Hemingway sendiri mengatakan untuk membuat proses kreatif menjadi misteri. Ini saya kutip dari buku Hemingway: On Writing. Begini isinya:

In truly good writing no matter how many times you read it you do not know how it is done. That is beacause there is a mystery in all great writing and that mystery does not dis-sect out. It continues and it is always valid. Each time you re-read you see or learn something new. — Ernest Hemingway

Namun, Hemingway punya sebuah prinsip menulis, yang dikenal Iceberg Principle.

I always try to write on the principle of the iceberg. There is seven-eighths of it underwater for every part that shows. — Ernest Hemingway

Pertama-tama sebelum kita memahami Iceberg Principle, perlu diketahui bahwa Hemingway dulunya seorang jurnalis. Dan selama menjadi jurnalis, Hemingway mempunyai gaya menulis minimalistik. Gaya menulis yang fokus dengan apa yang terjadi. Tanpa bertele-tele. Pekerjaannya sebagai jurnalis (mungkin) mempengaruhinya dalam caranya menulis novel.

Kasarnya, Iceberg Principle sebuah prinsip yang membuat penulis tidak terlalu banyak menjelaskan apa yang ia tahu (ini yang membuat tulisannya sederhana). Penulis menyimpannya (atau menyembunyikannya) di bawah permukaan, di dalam air. Penulis hanya perlu menulis apapun yang perlu diketahui pembaca. Maksudnya, apapun yang dapat membuat pembaca dapat merasakan ada hal yang lebih dalam dari apa yang ia baca. Kemudian biarkan pembaca menyelami lautan kata-kata, dan “memaknai” dengan caranya mereka masing-masing. Hemingway menyerahkan segala tulisannya ke pembacanya.

Jika kalian penasaran bagaimana Hemingway menggunakan prinsip ini, silahkan membaca beberapa novel-novel miliknya. Kalian bisa memulai dari yang paling mungil dan yang paling luar biasa. The old man and the sea.

The old man and the sea.

Every day is a new day. It is better to be lucky. But I would rather be exact. Then when luck comes you are ready. — Ernest Hemingway, The Old Man and the Sea

--

--

Stevanus Setiawan

Pada Medium ini, saya menulis tentang Data Science, Machine Learning, Statistik, Filosofi, dan Penulisan.